Legenda Misteri Jembatan Merah Jatibarang Widasari
Zaman dulu tepatnya di wilayah jatibarang ada perperangan antara antek antek orang belanda dari jawatengah dengan masyarakat pribumi asli indramayu,bisanya terjadi perang tadi yaitu akibat masyarakat Indramayu menuntut Upah kerja ke orang Belanda,tapi seharusnya orang belanda memberi upah bayaran ke para pekerja,malah orang belanda memukul atau menghajar para pekerja yang minta bayaran,yang akibatnya para pekerja ingin bergabung jadi satu supaya bisa mengadakan perlawanan dengan orang belanda.
Tapi masyarakat Indramayu kewalahan menghadapi antek anteknya orang Belanda,akhirnya masyarakat indramayu berpikir,"bisanya ada pembangunan jembatan merah penghubung antara Jatibarang - Widasari yang dipimpin orang Belanda,pasti ada persetujuan dari bupati Indramayu".lalu semua masyarakat Indramayu yang dipimpin ki Totoran bersama ki Kadrawi berangkat menuju ke pendopo Indramayu untuk minta pertanggungjawaban bupati,tapi sesampainya di pendopo bupatinya tidak ada,akhirnya masyarakat menyebar mencari keberadaan bupati Jalari.ternyata bupati Jalari tadi ada di pinggiran sungai Cimanuk,tepatnya di bawah jembatan merah Jatibarang - Widasari.Bisanya bupati Jalari ada di pinggiran sungai Cimanuk karena Bupati Jalari sedang meninjau bener tidak di Jatibarang ada pembangunan.nyatanya memang benar di Jatibarang ada pembangunan jembatan,pembangunan jembatan tadi dipimpin oleh orang Belanda,dimandori oleh ki Tali Wongso,yang jadi pemborongnya yaitu Ki Wirya.
pada akhirnya dengan rasa sedih bupati Jalari berucap dalam hatinya,"Masya Allah,bau amis sekali air sungai cimanuk ini,memang bener kata kabar yang sudah menyebar,kata berita yang sudah nyata,kalau adanya pembangunan jembatan ini,banyak orang indramayu yang sudah jadi korban pembangunan jembatan merah ini.rasanya percuma saya jadi bupati di Indramayu kalau saya tidak bisa memberi perlindungan kepada rakyatku sendiri".
Tiba tiba muncul arwah gentayangan di hadapan bupati Jalari,arwah tadi minta tolong pada bupati Jalari.
Arwah: "Tuan tolong tuan.sampai hati ya anda tidak kasihan kepada saya"
Bupati: "Saya benar-benar kasihan pada arwah dan masyarakat Indramayu semua,emang siapa sejatinya dirimu?"
Arwah: "Saya Tumbal jembatan Merah tuan,nama saya karsiman dari desa jatisawit,saya mati sia-sia tuan,dari atas Jembatan merah saya di dorong oleh mandor Tali Wongso tuan".
Bupati: "Masya Allah,setega itukah mandor Tali Wongso,terus apa maksudnya dirimu muncul dihadapan saya bupati Jalari?"
Arwah: " saya pengen minta tolong tuan,tolong sempurnakan kematian saya dengan ditaburi bunga setaman,dan tolong sampaikan kepada keluarga saya yang ada di Jatisawit kalau saya ini sudah tiada"
Bupati: "Berarti keluarganya Karsiman belum mengetahui kalau Karsiman sudah meninggal,ya sudah jangan khawatir saya akan melaksanakan permintaanmu."
sekejap mata arwah tadi hilang dihadapan bupati Jalari.hilangnya arwah tadi terlihat oleh kedua matanya bupati Jalari diatas Jembatan Merah Widasari yang belum jadi ada sesosok gadis yang rambutnya panjang pakainnya putih mulus,dengan rasa penasaran bupati Jalari akhirnya bicara dengan gadis tersebut.
"ini anak siapa lagi malam-malam berdiri di atas Jembatan Merah,terus kemana orang tuanya anak gadisnya di biarin keluyuran,Dik...dik....turun,jangan di atas Jembatan Merah takut nanti jadi korbannya lagi dik.tapi anak gadis tersebut tidak menghiraukan himbauan bupati Jalari malah dia menangis terisak isak.
"Kenapa menangis Dik? Turun,sini cerita dengan saya".
akhirnya anak gadis tadi mau bicara sambil menangis pada bupati Jalari.
Gadis: "Tuan Bupati Jalari,anda begitu tega sama saya" dengan penuh pertanyaan bupati Jalari bicara pada anak gadis tadi,Bupati: "bukan begitu,sebenarnya siapa dirimu Dik?, Gadis: "Saya Ronggeng Melati tuan".
Bupati: "Ronggeng anaknya Ki Karanggetas ya.
Gadis: "Iya,saya anaknya Ki Karanggetas tuan".
Bupati: "Ronggeng,ronggeng Melati....maafkan saya bupati Jalari,waktu itu saya tidak bisa menyelamatkan nyawamu".
Gadis: "Percuma tuan,jangan disesali yang sudah terjadi,sekarang saya sudah jadi korbannya Jembatan Merah,saya menemui anda hanya ingin menitip pesan kepada anda,terutama saya titip orangtua saya,jangan sampai jadi korban lagi di Jembatan Merah,anda sebagai pemimpin harus yang bijak,cukup saya yang jadi korban terakhir di Jembatan Merah ini tuan,dan ketahuilah bahwa arwah saya tidak akan sempurna sebelum saya bisa menuntut balas pada orang-orang yang sudah menenggelamkan saya disini".
Bupati: "Cukup Melati,jangan menambah nambah korban lagi".
Gadis: "tidak tuan,pokoknya saya harus balas dendam tuan". Akhirnya arwah Ronggeng Melati menghilang meninggalkan bupati Jalari.
Ketika bupati Jalari sedang meratapi kesedihannya,datanglah rakyat Indramayu dan langsung memukuli bupati Jalari,tapi beruntung dicegah oleh Ki Totoran,karena Ki Totoran khawatir terjadi kematian,apa lagi di demo ini ada Ki Kadrawi yang terkenal dari desa Kebulen sebagai orang yang sadis,orang yang suka membunuh orang,setelah Ki Totoran berhasil mencegah masyarakat,Ki Totoran langsung minta pertanggung jawaban pada Bupati Jalari,tuntutan yang di minta masyarakat Indramayu yaitu :
1.jangan mengadu domba rakyat,sampai masyarakat Indramayu pada perang sesama saudara.
2.kalau sudah tidak bisa mengurus rakyat,berhentilah menjabat sebagai Bupati Indramayu.
Tuntutan Rakyat Indramayu tersebut membuat bupati Jalari kebingungan karena bupati Jalari tidak mengetahui apa-apa dengan pembangunan Jembatan Merah Jatibarang-Widasari ini.karena pembangunan Jembatan Merah ini sudah 5 tahun,sedangkan Bupati Jalari menjabat bupati di Indramayu baru 1,5 tahun,tetapi Rakyat Indramayu menyangka Bupati Jalarilah yang menandatangani pembangunan Jembatan Merah tadi,padahal sebenarnya yang menandatangani yaitu bupati periode sebelumnya yaitu Bupati Wira Semangun dengan keturunannya yang bernama Raden Krestal.
Akhirnya Bupati Jalari menjelaskan kepada rakyatnya yaitu : "Sebaik-baiknya masalah,lebih baik dipecahkan dengan musyawarah,bisanya saya berada di pinggiran sungai Cimanuk,bukan berearti saya menghindar melainkan saya ini sedang meninjau bahwa di Jatibarang itu ada pembangunan,kalau kalian semua ingin tahu tentang hal ini,saya tidak mengetahuinya,sebab saya tidak merasa menandatangani surat ijin pembangunan Jembatan ini,kalau kalian jelas beginilah ceritanya".
"Dulu waktu Indramayu dipimpin oleh bupati Wirasemangun,datang para pedagang dari China dan Belanda untuk menumpang berdagang di Indramayu,terus setelah bupati Wirasemangun di ganti anaknya yaitu raden Krestal,tapi adanya orang Cina dan Belanda pada berdagang di Indramayu,para pembesar dari desa Jatitujuh merasa resah,karena adanya orang Cina dan Belanda menumpang berdagang merusak budaya Islam di tataran tanah Jawa,bisanya yang dinamakan merusak yaitu,biasanya anak kecil kalau waktunya magrib pada berangkat ke masjid,akibat adanya orang-orang belanda yang pada minum minuman atau mabuk mabukan akhirnya anak kecil dan masyarakat tadi pada ikut ikutan budayanya orang Belanda.tidak setujunya para pembesar dari Jatitujuh,akhirnya Indramayu diserang oleh Jatitujuh,karena resahnya Bupati Krestal,Beliau akhirnya meminta bantuan pada orang Belanda yang sedang membuat jalan di Balongan sampai menuju Batavia untuk mengusir orang Jatitujuh,tapi kata orang Belanda dia berani mengusir orang Jatitujuh asal ada bayarannya,bupati krestal pun menyanggupi yang penting orang Jatitujuh bisa di usir dulu.Akhirnya Belanda berhasil menyerang pasukan yang dari Jatitujuh.setelah orang Belanda mengusir orang Jatitujuh,orang Belanda menagih janji Bupati Krestal yaitu meminta bayaran sebesar 11130 pondeslring.kata bupati Krestal kalau dijadikan uang Indramayu kisaran berapaan,orang Belandapun menjelaskan,kalau dirupiahkan nilai uang tersebut bisa untuk membeli tanah Indramayu.tapi kalau bupati Krestal tidak sanggup membayarnya,ya sudah tandatangani saja surat ijin pembangunan Jembatan penghubung Jatibarang Widasari,begitulah ceritanya,jadi yang menandatangani itu bukan saya tapi Bupati Krestal".
begitulah penjelasan singkat oleh Bupati Jalari.
terimakasih sudah membaca coretan saya ini yang panjang lebar namun sudah saya buat sesingkat mungkin,moga bermanfaat dan bisa menceritakan pada anak cucu kelak,
Sumber : Komunitas seniman,dan cerita kebudayaan Indramayu.
Tidak ada komentar
No Spam / Ads or Outside Links